Pivot Point adalah alat bantu praktis yang digunakan trader untuk mengidentifikasi titik balik pasar yang potensial. Perangkat ini membantu memprediksi level support dan resistance untuk sesi saat ini dengan menganalisis level harga dari sesi trading sebelumnya.
Pivot Point adalah alat analisis teknikal yang digunakan untuk mengidentifikasi level harga utama di mana pasar mungkin berubah arah. Pivot Point dihitung berdasarkan harga tertinggi, terendah, dan penutupan sesi perdagangan sebelumnya dan bertindak sebagai referensi bagi para pedagang untuk memprediksi level support dan resistance. Hal ini membuatnya sangat berguna untuk merencanakan perdagangan di pasar yang bergejolak dan stabil.
Pivot Point sangat membantu dalam menentukan apakah pasar sedang dalam tren bullish atau bearish. Pivot Point berfungsi sebagai panduan bagi para trader untuk mengamati potensi pembalikan harga atau penembusan selama sesi trading.
Jika harga bergerak di atas Pivot Point, ini mengindikasikan tren bullish, yang menunjukkan bahwa pembeli memegang kendali. Hal ini sering kali membawa harga menuju level resistance (R1, R2), di mana para trader dapat menetapkan target profit atau mengevaluasi momentum lebih lanjut.
Di sisi lain, jika harga jatuh di bawah Pivot Point, ini menandakan tren bearish, yang berarti penjual memegang kendali. Dalam kasus seperti itu, harga biasanya bergerak menuju level support (S1, S2), di mana para trader dapat mengambil keuntungan atau bersiap untuk potensi pembalikan arah.
Pivot Point menyediakan cara yang mudah untuk mengukur sentimen pasar dan merencanakan trading berdasarkan hubungan harga dengan level-level penting ini.
Pivot Point dihitung menggunakan rumus yang menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi level support dan resistance dalam trading. Di bawah ini, kita akan menjelajahi metode kalkulasi paling umum yang disebut sistem 5 poin, serta pendekatan alternatif seperti metode Tom DeMark dan Pivot Point mingguan atau bulanan untuk strategi jangka panjang.
Sistem 5 poin adalah metode yang paling terkenal untuk menghitung Pivot Point. Sistem ini menggunakan harga tertinggi, terendah, dan penutupan sesi perdagangan sebelumnya untuk menghitung Pivot Point dan level support dan resistance terkait.

Level-level ini menyoroti zona resistensi potensial di R1 dan R2, serta area support di S1 dan S2.
Tom DeMark mengembangkan sebuah pendekatan alternatif yang menyesuaikan perhitungan Pivot Point berdasarkan hubungan antara harga pembukaan dan penutupan sesi sebelumnya. Metode ini sangat berguna bagi para trader yang mencari Pivot Point yang lebih dinamis.
| Kondisi | Rumus untuk Pivot Point |
| If Open > Close | P = ((High x 2) + Low + Close)) / 4 |
| If Open < Close | P = ((Low x 2) + High + Close)) / 4 |
| If Open = Close | P = ((High + Low + (Close x 2)) / 4 |
Nilai P yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menghitung level support dan resistance hari ini, mirip dengan metode standar:
Sementara sistem 5 poin standar didasarkan pada data harian, Pivot Point mingguan dan bulanan lebih disukai oleh swing trader atau trader posisi yang berfokus pada tren jangka panjang.
Analisis Pivot Point memberikan wawasan berharga kepada para trader mengenai level-level harga utama, membantu mereka mengamati tren pasar dan menyempurnakan strategi masuk atau keluar. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana Pivot Point dapat digunakan secara efektif dalam perdagangan intraday dan swing trading.
Trader harian mengandalkan Pivot Point untuk menganalisis sentimen pasar dan mengidentifikasi level S/R yang dapat ditindaklanjuti dalam satu sesi trading.
Mereka sering mencari pembalikan harga di dekat level-level ini. Jika harga mendekati level support (S1) dan memantul ke atas, ini dilihat sebagai peluang beli. Sebaliknya, jika harga menguji level resistance (R1) dan berbalik ke bawah, ini menandakan peluang jual.
Ketika harga menembus di atas atau di bawah level resistance atau support, ini mengindikasikan momentum yang kuat ke arah tersebut dan disebut sebagai penembusan. Jika harga menembus di atas R1, ini adalah sinyal bullish, yang menunjukkan bahwa harga mungkin akan menuju R2. Jika harga turun di bawah S1, ini adalah sinyal bearish, yang menunjukkan S2 sebagai target berikutnya.
Swing trader menggunakan harga tertinggi, terendah, dan penutupan dari minggu sebelumnya untuk menentukan Pivot Point dan level S/R yang sesuai.
Poin Pivot mingguan bertindak sebagai referensi untuk pergerakan harga selama minggu berikutnya. Pivot Point ini sangat berguna untuk mengidentifikasi zona pembalikan dan titik-titik penembusan di pasar yang sedang tren.
Para analis juga dapat menggunakan Pivot Point untuk memprediksi level-level support dan resistance jangka panjang. Jika harga mendekati R1 mingguan dan berbalik ke bawah, swing trader dapat mempertimbangkan untuk memasuki posisi jual. Demikian pula, jika harga memantul dari S1 mingguan, ini dapat menandakan peluang beli.
Meskipun Pivot Point adalah alat yang kuat, efektivitasnya dapat diperkuat dengan menggabungkannya dengan indikator teknikal lainnya.
Menggunakannya dengan alat bantu seperti Fibonacci retracement, moving average, dan pola kandil dapat memberikan pandangan yang lebih komprehensif mengenai pasar.
Pivot Point menyediakan level-level kunci dari support dan resistance, sementara Fibonacci retracement menyoroti zona-zona pembalikan potensial di dalam sebuah tren. Jika Pivot Point sejajar dengan level Fibonacci, maka hal ini memperkuat potensi pembalikan arah atau penembusan.

Katakanlah EUR/USD mendekati Pivot Point di 1.1000, yang juga bertepatan dengan level retracement Fibonacci 50% dari tren sebelumnya. Trader mungkin mengharapkan dukungan kuat di sini dan mencari peluang beli.
Jika harga diperdagangkan di atas moving average dan menembus di atas Pivot Point, ini menandakan momentum bullish. Sebaliknya, jika harga berada di bawah moving average dan menembus di bawah Pivot Point, ini menunjukkan momentum bearish.
Bayangkan seorang trader yang menganalisis emas (XAU/USD) melihat harga bertahan di atas rata-rata pergerakan 50 hari sambil menembus R1. Ini mengindikasikan momentum bullish yang kuat dan memvalidasi potensi posisi beli.

Pola-pola kandil, seperti doji, pola engulfing, atau formasi palu, memberikan wawasan tentang aksi harga dan sentimen pasar. Ketika pola-pola ini terbentuk di dekat Pivot Point, pola-pola ini bertindak sebagai konfirmasi untuk potensi pembalikan atau penembusan.
Hammer bullish yang terbentuk di dekat S1 dapat mengindikasikan pembalikan yang kuat ke atas; atau pola engulfing bearish di dekat R1 dapat mengonfirmasi penolakan resistensi dan potensi pergerakan ke bawah.

Di sini, Anda dapat melihat bagaimana Pivot Point berinteraksi dengan pergerakan harga pada grafik dummy GBP/USD. Level PP, R1, dan S1 ditandai pada grafik. Sebuah candle bearish engulfing disorot di dekat R1, yang mengindikasikan potensi pembalikan ke arah PP.
Pivot Point adalah alat yang populer dalam analisis teknikal karena kesederhanaan dan keefektifannya. Namun, mari kita telusuri aplikasi praktisnya dengan lebih baik.
Di sisi lain, ada beberapa keterbatasan
Menambahkan indikator Pivot Point ke MT5 atau cTrader cukup mudah.
Bonus Cashback Forex: Apa Itu dan Bagaimana Cara Kerjanya
Bonus cashback Forex dapat menjadi cara yang efektif untuk mengurangi biaya trading dan meningkatkan keuntungan jangka panjang Anda.
Detail
Forex IB Indonesia: Cara Memulai
Kami akan memandu Anda memahami apa artinya menjadi IB di pasar forex Indonesia dan apa yang perlu dipertimbangkan saat memilih program mitra yang tepat.
Detail
Broker Forex Terbaik di Indonesia
Bandingkan broker forex terpercaya untuk trader Indonesia yang menyediakan dukungan lokal dan akun bebas swap.
DetailBergabunglah dengan Channel Telegram Kami dan Berlangganan Sinyal Trading Kami secara Gratis!
Bergabunglah dengan Telegram!